Setia Menemani Ahok di Manko Brimob




Liputan Berita Harian - Azan magrib selesai berkumandang. Barisan lilin masih menyala di samping halte Markas Brimob, Kelapa Dua, Depok. Belasan massa memakai kaos bertuliskan 'Gue pelayan Ahok- Djarot' masih bertahan.

Hanya beralaskan spanduk bekas, mereka getol menyuarakan keadilan untuk Basuki T Purnama alias Ahok. Tak ada penerangan, hanya ada lilin yang masih menyala.

Di sekeliling mereka ada kardus yang berisi air mineral. Ada juga bekas kotak makanan cepat saji. Beberapa dari mereka tengah berbicang soal nasib mantan gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama selama dalam tahanan.

"Gimana ya nasib Pak Ahok di dalam sana ?" kata seorang perempuan memakai atribut kotak-kotak sambil terus menatap lilin yang menyala.

Sesekali di antara mereka mengecek kondisi depan Markas Korps Brimob yang sudah dibatasi kawat berduri. Sebagian juga sedang asyik duduk santai di halte dan menikmati kudapan. Sekitar pukul 20.49 WIB, seorang laki-laki memakai kaos putih menghampiri.

Tanpa basa basi, pria itu memberikan uang Rp 20 ribu. Terlihat tidak ada pembicaraan serius. Satu jam berlalu, mereka bergegas pindah lokasi. Spanduk bekas dilipat, lilin dimatikan dan diletakan dalam kardus bekas air mineral. Mereka menggotong beberapa kardus dan kudapan yang tersisa menuju kantor Koperasi Simpan Pinjam (KSP) 'Graha Arthamas' yang tak jauh dari halte, jaraknya sekitar 5 meter. Kantor dua lantai tersebut hanya digunakan bagian terasnya oleh pendukung Ahok.

Menurut petugas penjaga koperasi, mereka sudah tiga hari menginap di kantornya. "Mereka sudah tiga hari numpang tidur di sini. Kita sebagai manusia yang kami persilakan saja," katanya, 12 Mei lalu.

Menurutnya, mereka sebagian adalah warga DKI Jakarta yang tergabung dalam keluarga Sumatera. Beberapa menit setelah berpindah lokasi, datang Toyota Avanza silver berhenti depan halte. Seorang pria paruh baya memakai baju kotak-kotak memberikan kode untuk putar arah menuju kantor koperasi dekat halte.

Dua pria berperawakan besar memakai batik cokelat dan kaos kuning menghampiri pria paruh baya tersebut. "Yang di Pengadilan Tinggi (PT) gimana? Sudah pada bubar ya?" tanya pria itu kepada mereka.

"Iya sudah," jawab pria paruh baya memakai baju batik cokelat sambil tersenyum ke arah mereka.

Sekilas pembicaraan mereka hanya menanyakan kondisi pendukung yang berada di Pengadilan Tinggi, Jalan Letnan Jenderal Suprapto. Beberapa menit setelah itu, pria tersebut mengeluarkan kardus berisi makanan cepat saji dan air mineral dari mobil. Beberapa dari pendukung Ahok yang sedang duduk di teras cekatan membantu mengangkat beberapa logistik

Perbincangan mereka hanya beberapa menit, dan dua pria itu langsung bergegas pergi. Pukul 22.26 WIB, mereka makan sambil berbicang. Bahkan ada yang berniat menginap sampai Ahok bebas.

"Kita mau nunggu dan nginap di sini sampai Ahok keluar," celetuk sebagian orang di sana.

Beberapa dari mereka ada yang bersiap untuk istirahat, membersihkan teras. Mereka menggelar spanduk bekas untuk jadi alas tidur. Ada dari mereka yang berdendang dengan pengamen di depan kantor koperasi. Ada juga yang mengabadikan kegiatan di teras tersebut. Ketika malam kian larut orang-orang itu mulai terlelap, hanya segelintir yang masih terjaga.

Pagi mereka sudah terjaga. Teras koperasi dibersihkan. Sebagian ada yang bergegas menuju Gereja Gideon untuk menumpang mandi. Lokasinya tak jauh dari tempat menginap. Pukul 09.00 WIB, mereka sudah kembali turun ke jalan. Meneruskan perjuangan agar Ahok dibebaskan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hamili Anak Di Bawah Umur Wawan Bawa Kabur Ke Sukabumi

Seorang pria diperkosa bergantian oleh 3 perempuan

PT Siemens Batu Ampar Batam Segera Tutup