Tempramennya Buni Yani Dalam Persidangan


Liputan Harian Berita - Seperti biasa, setiap hari selasa persidangan Buni Yani kembali digelar, kali ini sudah memasuki persidangan ke 11, Berkaca pada kasus pak Basuki sebelumnya vonis akan dibacakan setelah melalui 21 kali proses persidangan, yang artinya masih akan ada 10 kali persidangan lagi, sampai akhirnya majelis hakim ketuk palu menandakan berakhirnya sidang, dan hasil akhir dari perkara provokasi Buni Yani, benar atau salah.
Sepanjang persidangan, dalam statistik saya mencatat, persidangan diwarnai dengan naik turunnya poin yang menguntungkan dari kedua sisi, baik dari sisi JPU ( Jaksa penuntut umum ) atau dari sisi Buni Yani, tergantung dari saksi biasanya, kadang ada yang diuntungkan dan ada yang tidak.
Maksudnya adalah, kadang ada saksi yang sangat kuat, seperti saksi Guntur Romli bersama Istrinya pada persidangan pertama, mereka berdua bisa dikatakan sebagai saksi kuat karena mampu membuat Buni Yani menuduhnya sebagai saksi palsu, mengapa bisa dikatakan Guntur Romli kuat? Karena Guntur Romli punya banyak bukti dalam persidangan, serta ada video pengakuan dari Buni Yani dalam salah satu acara televisi ILC kalau Buni Yani “memotong video”
Berganti hari, saksi yang dihadirkanpun berbeda, tercatat ketika ada saksi yang sekiranya lupa dengan apa yang dia saksikan dalam BAP, malah jadi blunder dan sangat dicecar oleh pengacara Alwin, sangking merasa diuntungkannya, momen tersebut dipakai untuk “mencabut beberapa poin pada BAP” Hal ini tentunya normal dalam persidangan, dan kita tidak boleh langsung menulai hanya dari satu saksi dalam satu kali persidangan, karena hasil akhir harus di hitung dari total 21 kali persidangan.
Namun dalam persidangan kali ini ada yang harus diketahui oleh para pembaca, Buni Yani dalam persidangan kali ini semakin yakin kalau dirinya tidak bersalah. Berbeda sebelum hari dimana Buni Yani belum menjalani persidangan, masih sebatas jualan mug atau berdakwah di sekitar area rumahnya, Buni Yani yang masih sempat mengisi acara talkshow ILC pada waktu itu sempat jujur dan minta maaf juga kalau dia menghilangkan kata pakai. Vonis pak Basuki sebagai terpidana atas kasus penistaan agama semakin membuat Buni Yani makin tampil PD, dia senang dengan mengatakan kalau dia tidak bersalah, dan yang bersalah memang pak Ahok
Satu poin yang membuat PD Buni Yani semakin bertambah adalah ketika seperti yang saya katakan diatas, ketika ‘saksi tidak kompeten’ langsung dicecar oleh pengacara. Faktor-faktor inilah yang membuat Buni Yani semakin menjadi-jadi hingga puncaknya adalah selasa hari ini 29 Agustus 2017. Buni Yani mengamuk  di ruang sidang Pengadilan Negeri Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa, 29 Agustus 2017. Cerita hari ini sebenarnya sederhana, Kubu Buni Yani menghadirkan saksi untuk meringankan dakwaan, lalu kemudian JPU mempertanyakan apakah saksi yang didatangkan ini mengetahui apa isi video yang berdurasi pendek dan yang panjang.
Sontak dengan pertanyaan itu, Buni Yani langsung bereaksi dengan mengatakan kalau Anda menuduh saya JPU?! – Lalu kemudian JPU mengatakan bahwa JPU hanya ingin mengkonfirmasi, Buni Yani yang sudah tampil pede ini masih tidak terima, terus mengangkat tangan kanannya bermaksud menyanggah jaksa. Berani sekali Buni Yani mengatakan kepada JPU kalau mereka nanti bakal dilaknat, sedangkan dalam kenyataannya Buni Yani disini masih terkesan tidak konsisten dengan pernyataan sebelumnya, dan dia saat ini hanya memanfaatkan sebuah momentum dimana pak Basuki sudah dipenjara maka dia bersaksi sebaliknya.
Perlu digaris bawahi kalau suasana sidang pada hari ini cukup kacau, terlebih koalisi FPI atau Bang Japar disana cukup membuat suasana semakin ricuh. Bukan cerita baru kegaduhan yang timbul dari para penonton yang sengaja dibiarkan oleh Majelis Hakim. Berbeda dengan kasus pak Basuki dalam persidangan, penonton yang hadir semua bisa dikatakan tentram, tidak bersuara atau bersorak dan isinya juga dari dua kubu, mungkin hanya sorakan dari luar area persidangan saja yang terdengan hingga kedalam. Berbeda dengan kasus Buni Yani kali ini, dimana memang penonton dominan adalah pendukung dari Buni, dan hampir tidak keliatan kalau ada pendukung Ahok yang menonton selain saya dan rekan media netral.
Suasana teriakan, cacian dan makian sering kali terdengar dari kursi penonton, ucapannya sangat kasar seperti goblok, dsb. Tampil pede karena isi penontonnya adalah kubu Buni Yani, maka semakin jadilah Buni Yani dalam persidangan. Majelis hakim juga dinilai lembek dan selama persidangan ini jarang sekali menegur penonton yang hadir dan bersikap seperti itu. Sangat menyedihkan, coba dibanding terbalik, bagaimana jika yang marah adalah pak Ahok? Seluruh portal saracen, baik di website, facebook, twitter, atau media sosial lainnya, pasti akan mencaci maki Ahok. Belum lagi jika Ahoker sebagai penonton yang berteriak “Goblok” kesaksi, semisal mengatakan Goblok ke Novel Fitsa Hats, tentunya pasti penduduk bumi datar akan semakin giat mencaci.
Beda kalau Buni Yani marah, tidak masalah , beda kalau penonton pendukung Buni Yani memaki, tidak maslah Selama dari kubu mereka, mau marah, atau mau maki-maki sekalipun semua tidak salah! Semua yang salah hanya Ahok, Jokowi, Ahoker, Kecebonger, Bani Taplak! Walau, sebenarnya saya pesimis, dan bisa dipastikan Buni Yani dalam persidangan akan “lolos” karena nuansa persidangan dari 1 ke 11 sangat variatif atau naik turun,  kalau memang ini adalah jalan takdir dari yang maha kuasa supaya negara ini tentram, dan ini sudah jalannya, apa boleh buat. Hukum di dunia mungkin dapat meloloskan mu dari jeratan penjara, tapi tidak dengan akhirat nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hamili Anak Di Bawah Umur Wawan Bawa Kabur Ke Sukabumi

Seorang pria diperkosa bergantian oleh 3 perempuan

PT Siemens Batu Ampar Batam Segera Tutup